Selasa, 18 Mei 2010

Apakah Yesus adalah Tuhan?

Fajar Yehuda
18 Mei 2010
Judul artikel: Apakah Yesus Kristus adalah Tuhan ?


Mungkin banyak dari kita telah memahami dan mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan, namun ada sebagian orang yang ingin menyerang iman kekeristenan dengan berkata “Yesus bukanlah Tuhan”, mereka adalah orang-orang yang belum mengetahui satu-satunya kebenaran Allah. Sebagai pengikut Kristus kita bertanggung jawab untuk menjelaskan kekeliruan mereka tapi sebaiknya kita menghindari perdebatan. Persoalan mereka bukan terletak pada aspek intelektualitas tetapi dalam hati dan pikiran mereka ada benteng-benteng dan kubu-kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kita tidak dapat memenangkan jiwa mereka dengan perdebatan sengit tetapi hanya kuasa Allah lah yang sanggup melakukannya. Dalam Yohanes 15: 16, Yesus Kristus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu….” Jadi, seseorang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hatinya adalah orang yang terpilih bukan sekedar orang yang memiliki label agama.

Sumber utama artikel ini saya sadur dari seri Buku Saku Yabina Ministry Bagian 7, hal. 49-57, Edisi 01 oleh Herlianto dengan judul buku Yesus Digugat. Sebelum saya masuk ke dalam bacaan inti saya ingin menyinggung beberapa kata yang diterjemahkan sebagai kata ‘Tuhan’. Kata tesebut adalah ‘Kurios’ (bhs.Yunani) dan ‘Adonai’ (bhs. Ibrani).

I. KURIOS

Kurios adalah kata Yunani yang berarti ‘tuan’, ‘guru’, ‘majikan’ (mis. Mat.25:11), tetapi dalam LXX [Perjanian Lama yang diterjemahkan ke dalam bhs. Yunani] dipakai juga untuk menerjemahkan nama Yahweh dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasa Kristen ‘kurios’ dikenakan kepada Yesus sebagai “Tuhan”, yang ditinggikan di atas kedudukan manusia (Rom. 14:8-9) dan Paulus menyebut saudara-saudara Yesus sebagai saudara-saudara Tuhan (1 Kor.9: 5; Gal.1:19) yang sekalipun menunjuk kepada Yesus sebelum ditinggikan namun lebih dari manusia biasa. Menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Josephus (37-100 M), orang Yahudi menolak menolak menyebut penguasa Romawi dengan sebutan ‘kurios’, karena gelar Tuhan itu hanyalah bagi Allah. Paulus mengenakan ayat-ayat PL yang mengenai Allah kepada Yesus (mis. Yes. 45: 23). Kepada Tuhan Yesus Kristuslah semua orang harus bertekuk lutut dan mengaku (Flp. 2: 10 dst). Bentuk kalimat liturgis: ‘kyrie eleison’ (Tuhan kasihani), menjadi doa litani dalam peribadahan Kristen sejak abad ke-4.

Istilah Tuan/Tuhan ini merupakan jembatan penolong yang baik pada waktu Injil itu menyebar ke negeri-negeri kafir; karena ada banyak ‘tuan-tuan kafir [dewa-dewa berhala] dan malah kemudian digunakan untuk sebutan kaisar Roma.

II. ADONAI

Asal mula kata ‘Adonai’ berasal dari sebutan Yahweh [YHWH]. Kata Yahweh muncul hampir 6.000 kali dalam PL sebagai nama Allah, tetapi karena nama itu begitu kudus dan karena rasa hormat yang terus bertambah menyebabkan, Yahweh dibaca oleh orang Yahudi sebagai Adonai [Tuhanku Yang Mahabesar] dalam pembacaan di depan umum.

Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
(1 Korintus 8: 5-6)


Semoga artikel ini memberkati kita semua, salam damai sejahtera bagi kita semua. Kasih Yesus Kristus menyertai kita semua, Amin. Selamat membaca! =)

=======================================================
=======================================================


YESUS ADALAH TUHAN

Puncak dari segala kontroversi tentang diri Yesus adalah ke’Tuhan’an-Nya. Apakah Yesus benar-benar Tuhan? Apakah benar ‘Allah telah menjadi daging’ dalam proses kelahiran Yesus? Dan apakah benar bahwa pada akhirnya Yesus sang ‘Tuhan’ kembali dengan naik ke sorga?

Hj. Irene Handoyo, seorang mantan Katolik (pengikut Yesus) yang mengaku belajar di seminar Katolik dan menjadi biarawati, kemudia masuk Islam, dalam salah satu ceramahnya mengatakan:

“Yesus pertama kali dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 di Nicea oleh raja Konstantin.”

Gaung bahwa ‘Yesus dilantik menjadi Tuhan’ oleh gereja dalam konsili Nicea sudah lama terdengar dan dilontarkan oleh mereka yang tidak bisa menerima Yesus yang adalah Tuhan. Tidak kurang argumentasi saksi-saksi Yehuwa menempatkan konsili Nicea sebagai tahun dimana doktrin ke’Tuhan’an Yesus diciptakan oleh Paus dalam persidangan gereja pada tahun 325 M.

Pada tahun 2003, beredar buku kontroversial karya ‘Dan Brown’ berjudul ‘The Da Vinci Code’. Dalam waktu relatif singkat, buku ini telah dicetak berulang-ulang dan diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa termasuk bahasa Indonesia. Sampul buku novel ‘The Da Vinci Code’ memuat kalimat ‘#1, International Bestseller’ dengan tambahan komentar, yaitu ‘Memukau Nalar Mengguncang Iman,’ dan di bagian bawah sampul ditulis kalimat berbunyi: ‘Misteri Berbahaya di Balik Karya Leonardo Da Vinci.’

Buku ini memang buku sensasional karena isinya menceritakan bahwa Yesus kawin dengan Maria Magdalena dan memiliki keturunan yang sekarang di Inggris. Namun, yang lebih kontrovesial lagi adalah pernyataan Teabing salah satu tokoh yang diceritakan novel itu, bahwa ‘Yesus baru dijadikan ‘Tuhan’ pada konsili Nicea pada tahun 325M.’ Untuk meramaikan thesis buku novel itu, lukisan-lukisan karya seniman terkenal ‘Leonardo Da Vinci’ yang otentik dijadikan alat untuk menafsirkan ke’Tuhan’an Yesus, terutama lukisan yang terkenal ‘Last Supper’ (Perjamuan Malam).

Yohanes, murid Yesus yang dikenal dekat dengan Yesus dalam lukisan itu ditafsirkan sebagai Maria Magdalena dan berdasarkan Injil Apokrif berjudul ‘Injil Maria’ yang merupakan khasanah Gnostik dan menonjolkan Maria Magdalena sebagai ‘rasul kepada rasul’, lukisan Last Supper juga ditafsirkan bahwa Petrus yang berdiri di belakang Yohanes (yang ditafsirkan sebagai Maria Magdalena itu) iri hati kepada Maria Magdalena sehingga tangannya bersikap seakan-akan menggorok leher Maria karena kepemimpinan kerasulannya di daulat oleh Maria Magdalena. Hal yang menjadikan buku ini laku keras bukan hanya itu, tetapi yang lebih menarik lagi adalah pernyataan buku itu yang menyebut bahwa Yesus dijadikan ‘Tuhan’ oleh gereja di Nicea pada tahun 325M.

Banyak buku-buku sebelum dan sesudah novel Dan Brown mengungkap hal yang sama, dan jutaan pembaca di seluruh dunia terkecoh dan kemudian mempercayainya dan mengikuti pandangan seolah-olah memang ‘Yesus adalah Tuhan’ adalah doktrin yang diciptakan gereja pada tahun 325M di Nicea di bawah koordinasi Paus dan Raja Konstantin. Sebelum kita membahas masalah itu, ada baiknya mengetahui sejarah mengapa ada Konsili Nicea di tahun 325 itu.

Sebelum itu, ada seorang penatua gereja di Alexandria yang bernama Arius yang terpengaruh ajaran Gnostik dan Neo Platonis kemudian menolak ajaran bahwa Yesus adalah Tuhan yang diajarkan gereja tradisional (jemaat mula-mula,-Red). Ia mengemukakan bahwa Yesus itu ciptaan dan lebih rendah dari Tuhan. Ide Arius memang mendapat simpati beberapa orang, dan ajaran itu kemudian dikenal sebagai Arianisme, namun uskup Alexander di situ membantah pandangan Arius dan diteruskan oleh penatua lainnya yang kemudian menggantikannya sebagai uskup yaitu Athanasius.

Karena ide Arius mendapat simpati beberapa pimpinan gereja kala itu dan menimbulkan kontroversi karena mayoritas menolak, maka raja Konstantin mengundang para uskup untuk hadir di Nicea pada tahun 325M untuk membahas kontroversi itu. Yang hadir disitu sekitar 300 uskup dan karena mayoritasnya menolak dan hanya sekitar 30 uskup yang menyetujui ajaran Arius, maka konsili Nicea memperteguh ajaran tradisional gereja bahwa ‘Yesus adalah Tuhan.’ Jadi, konsili Nicea bukan menciptakan ajaran baru mengenai ke’Tuhan’an Yesus, tetapi memperteguh ajaran gereja tradisional yang mempercayai bahwa ‘Yesus adalah Tuhan.’

Arianisme masih berkembang, namun pengaruhnya pada abad ke-6 menyusut dan secara sporadis hanya hadir disana-sini pada abad ke-16, muncul kembali sebagai aliran Unitarian, dan pada akhir abad ke-19 muncul kembali sebagai aliran saksi-saksi Yehuwa. Apakah yang sebenarnya terjadi, apakah doktrin ‘Yesus adalah Tuhan’ baru muncul di tahun 325M melalui keputusan persidangan gereja? Atau adakah doktrin itu sudah dipercayai sebelumnya, atau lebih jauh apakah Alkitab Perjanjian Baru sudah mengenal ajaran bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ bahkan patut dipertanyakan bahwa kalau ‘Yesus adalah Tuhan’ apakah Yesus sendiri pernah mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan?’

Kita tahu bahwa sekitar 20 tahun sesudah Yesus mati, dikuburkan, bangkit, dan naik ke sorga, pada medio abad ke-1 selama sekitar tengah kedua abad itu, kitab-kitab Injil maupun surat-surat para rasul ditulis, dan pada abad ke-2 mulai diakui sebagai kanon yang diterima sebagai Perjanjian Baru (The New Testament). Bila kita membaca isi Perjanjian Baru, akan sangat jelas terlihat bahwa jemaat awal semasa Yesus hidup sudah mengaku bahwa ‘Yesus adalah Tuhan.’ Umat Kristen yang masih dasar pun mengetahui bahwa jauh sebelum Nicea, dan dalam kitab Perjanjian Baru, yang ditulis pada abad pertama kita mengetahui bahwa Yesus sudah diakui sebagai Tuhan.

Injil Matius sudah mencatat bahwa Yesus memiliki dua indentitas yaitu sebagai ‘Yahweh Penyelamat’ (Yesuhua) dan ‘Allah yang menyertai kita’ (Immanuel) dan Injilnya diakhiri dengan pengutusan murid-murid dalam nama ‘ketritunggalan Allah.’

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.”
(Matius 28: 19)

Injil Markus mencatat bahwa Yesus setelah bangkit dan dalam peristiwa pengutusan murid dipanggil ‘Tuhan Yesus’ (Mrk. 16: 19); Injil Lukas juga menyebutkan ‘Tuhan Yesus’ (Luk. 24:3) yang telah bangkit; Injil Yohanes dalam pembuka Injilnya menyebut bahwa ‘Yesus adalah Firman yang adalah Allah dan bersama Allah sejak awalnya.’:

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
(Yohanes 1: 1)


Dalam Injil Yohanes pasal-8, kita dapat melihat bahwa justru karena pengakuan Yesus sebagai ‘Anak Allah’lah maka Ia dimusuhi dan akan dihukum mati oleh orang Yahudi. Di situ juga, Yesus mengaku: “Ego Eimi” (ayat 58) seperti pengakuan Allah Bapa di sorga. Yohanes juga menulis dalam kitab Wahyu yang ditulis dengan jelas Yesus disamakan dengan Allah sebagai ‘Alfa dan Omega (Why.1: 8) dan ‘Awal dan Akhir’ (Why.2 : 17-18). Yohanes dalam Injilnya mencatat pengakuan Tomas bahwa Yesus adalah ‘Tuhan dan Allah’ (Yoh.20: 28), bahkan ia mencatat pengakuan Yesus sendiri bahwa ‘Ia Tuhan.’:

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.”
(Yohanes 13: 13-14)


Kisah Para Rasul sudah mencatat bahwa kala itu Yesus sudah diakui Petrus sebagai Tuhan sejak awalnya (Kis. 1: 21; 2: 36), demikian juga pengakuan para rasul lainnya (Kis.4: 33); ketika Paulus bertobat ia mengaku ‘Ya Tuhan Yesus’ (Kis.7: 59) ini diteguhkan oleh Ananias (Kis.9: 17); dan para pengikut Yesus sudah memberitakan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ (Kis.11: 20-21), kemudian mereka disebut Kristen. (Kis. 11: 26) dan para penatua di situ menyebut ‘Tuhan kita Yesus Kristus’ (Kis.15: 26).

Paulus dan Silas mengajak kepala penjara untuk percaya kepada ‘Tuhan Yesus Kristus’ (Kis.16: 31). Umat Kristen di Efesus sudah dibaptis dalam nama ‘Tuhan Yesus’ (Kis.19: 5) dan nama ‘Tuhan Yesus’ sudah masyur saat itu (Kis.19: 17). Paulus mengatakan keyakinannya ditugaskan oleh ‘Tuhan Yesus’ (Kis.20: 21, 24) dan rela mati dalam nama ‘Tuhan Yesus’ (Kis. 21: 13). Saat itu, para pengikut Yesus disebut sebagai ‘pengikut jalan Tuhan’ (Kis. 22: 4; 24: 12, 22).

Rasul Paulus dalam pembuka surat-suratnya menyebut ‘Tuhan Yesus Kristus’ (Rom. 1:7; 1 Kor.1:2; 2 Kor.1:2; Gal.1:3; Ef.1:2; Flp.1:2; Kol.3: 17; 1 Tes.1: 1; 2 Tes.1: 2; 1 Tim.1: 2; 2 Tim.1: 2; Fil.1: 3).

Berbeda dengan anggapan lain bahwa ke’Tuhan’an Yesus itu adalah dilahirkan dari teologi Paulus, kita sudah melihat bahwa para rasul dan jemaat sebelum Paulus bertobat sudah mengaminkan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’. Surat Yakobus diawali dengan salam dalam nama ‘Tuhan Yesus Kristus’ (Yak.1: 1); dalam suratnya [1 Petrus 3: 15-16], rasul Petrus mengatakan agar:

“Tetapi kuduskanlah Kristus dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggung jawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka.”

Dan dalam suratnya yang kedua [2 Petrus 1: 1-2], Petrus mengawali dengan salam berbunyi:

“Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada meraka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman olah karena keadilah Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.”

Sama dengan Injil Yohanes dan kitab Wahyu yang ditulis Yohanes, surat Yohanes menekankan bahwa ‘Yesus adalah Allah’ (1 Yoh.5: 20, band. Yoh.1: 1); Yudas pun dalam suratnya mengaku ‘Tuhanku, Yesus Kristus’ (Yud.1: 17, 21).

Jadi, kita dapat melihat bahwa kepercayaan dan pengakuan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ bukan hanya produk teologi Paulus tetapi secara merata dipercayai dan diakui oleh para rasul sendiri, bahkan Yesus sendiri mengklaim bahwa ‘Ialah Tuhan’ (Lih. Yoh.13:13-14). Karena itu anggapan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ adalah doktrin produk persidangan gereja di Nicea pada tahun 325, justru menunjukan bahwa mereka belum membaca Alkitab Perjanjian Baru sehingga dalam ketidaktahuan mereka, mereka dengan mudah terkecoh oleh karya-karya tulis atau pengakuan yang tidak benar dan menyesatkan.

Yesus Kristus bukanlah manusia yang dijadikan Tuhan, tetapi ‘Tuhan yang menjadi manusia.’ Bila kita dapat menerima pengakuan para rasul sebagai pengakuan kita, yaitu ‘Yesus adalah Tuhan’, maka sebenarnya banyak masalah kritik terhadap kehidupan Yesus mengenai kelahiran-Nya yang ajaib maupun kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga tidak terlalu sulit untuk diterima.

Bila kita dapat mengaminkan bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi, dan Yesus juga turut serta bersama-Nya dalam penciptaan bumi, maka masalah ‘Allah yang menjadi manusia’ dalam diri bayi Yesus bukanlah masalah yang sukar diterima akal sehat. Masalah yang penting disini bukanlah antara Iman dan Rasio tetapi antara ‘Rasio orang beriman’ dan ‘Rasio orang tak beriman.’

Yesus yang memiliki tubuh kebangkitan, bisa makan minum dan berpelukan dengan pengikut-Nya, Ia juga bisa memasuki ruang tertutup yang pintunya terkunci, dan Ia juga bisa berpindah ke dimensi spiritual/rohani dalam proses kenaikan-Nya ke sorga (Lih. Yoh. 20: 19-29 dan Kis.1: 9-11). Kalau ilmu pengetahuan tidak bisa membuktikan hal itu, apakah tidak sebaiknya kita bersabar sampai ilmu pengetahuan mencapai puncaknya untuk bisa mengerti hal-hal yang sekarang dianggap supra-natural sebagai kenyataan alami?